SOFTSKILL
“KOPERASI SUKSES DENGAN KUNCI KEBERHASILANNYA DAN DATA TINGKAT PENGANGGURAN TAHUN 1990 – 2013 ”
Kelompok
1 :
Andini Predita Sari (20213898)
Diah Kartika Sari (22213350)
Dwi Puspita Sari (22213694)
Ester Valentin (22213984)
Hasanah Yusriyah
(23213968)
Saulina Bernadet (28213319)
Tia Ayu Ningsih
(28213878)
Kelas : 2EB18
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul “KOPERASI SUKSES DENGAN KUNCI KEBERHASILANNYA DAN DATA TINGKAT PENGANGGURAN TAHUN 1990 – 2013”.
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan mampu mengikuti perkembangan koperasi dari
waktu-kewaktu bagi para pembaca.
Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Hadir Hudiyanto selaku dosen
mata kuliah Ekonomi Koperasi.
Kami menyadarai bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Bekasi, 4 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang............................................................................................................ 3
1.2
Rumusan Masalah....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan
Penulisan......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Teori............................................................................................................ 5
2.2 Analisis dan
Pembahasan............................................................................................ 7
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................... 21
3.2
Saran............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 23
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hasil kajian
terhadap berbagai koperasi di Indonesia yang sukses, Jangkung Handoyo Mulyo
(2007) mengidentifikasi beberapa factor kunci sukses dalam rangka pengembangan
dan pemberdayaan koperasi. Faktor–faktor tersebut adalah :
1
1.
Pemahaman pengurus dan anggota
terhadap jati diri koperasi, yang dicitrakan oleh pengetahuan mereka terhadap
‘tiga serangkai koperasi’ yang meliputi pengertian koperasi (definition of
co-operative), nilai-nilai koperasi (values of cooperative) dan prinsip-prinsip
gerakan koperasi (principles of co-operative). Setelah dipahami, selanjutnya
diimplementasikan dalam setiap aktivitas koperasi.
2.
Kemampuan Pengurus untuk
mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggota. Melalui penjaringan aspirasi
anggota akan dapat diketahui berbagai kebutuhan yang diinginkan anggota,
sehingga akan dapat diidentifikasi kebutuhan kolektif para anggota.
3.Adanya kesungguhan Pengurus dan
pengelola dalam mengelola koperasi. Untuk itu pengurus dan pengelola perlu
kerja keras, ulet, inovatif, pantang menyerah, jujur dan transparan. Agar
koperasi berhasil, diperlukan figur pengurus yang memang benar-benar dapat
mengemban amanah anggota.
4. Kegiatan usaha koperasi harus
bersinergi dengan usaha anggota, sehingga koperasi akan mampu memfasilitasi dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya apa yang diperlukan anggota.
5.
Biaya transaksi antara koperasi
dengan anggota lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya transaksi antara
anggota terhadap badan usaha non koperasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja kunci keberhasilan
koperasi sejahtera bersama?
2.
Bagaimana tingkat pengangguran tahun 1990 – 2013?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui kunci
keberhasilan koperasi sejahtera bersama
2.
Mengetahui data
dari tingkat pengangguran tahun 1990-2013
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian
Koperasi
Koperasi adalah organisasi
bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan
bersama.
Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan.
2.1.2 Bentuk dan Jenis Koperasi
Jenis Koperasi menurut fungsinya
- Koperasi
pembelian/pengadaan/konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi
pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota
sebagai konsumen akhir. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan
pembeli atau konsumen bagi koperasinya.
- Koperasi
penjualan/pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi
distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai
di tangan konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok
barang atau jasa kepada koperasinya.
- Koperasi
produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini
anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.
- Koperasi
jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan
oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan
sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan
jasa koperasi.
Apabila
koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi tunggal usaha (single
purpose cooperative), sedangkan koperasi yang menyelenggarakan lebih dari
satu fungsi disebut koperasi serba usaha (multi purpose cooperative).
Jenis koperasi berdasarkan tingkat
dan luas daerah kerja
- Koperasi Primer
Koperasi
primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang
perseorangan.
- Koperasi Sekunder
Adalah
koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta memiliki
cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi
sekunder dapat dibagi menjadi :
- koperasi pusat
- adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer
- gabungan koperasi
- adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat
- induk koperasi
- adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan koperasi
Jenis Koperasi menurut status
keanggotaannya
- Koperasi produsen
adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan memiliki
rumah tangga usaha.
- Koperasi konsumen
adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai
barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.
Kedudukan
anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu status atau keduanya.
Dengan demikian pengelompokkan koperasi menurut status anggotanya berkaitan
erat dengan pengelompokan koperasi menurut fungsinya
2.1.3 Kewirausahaan Koperasi
Kewirausahaan
koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif,
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan
berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut,
maka dapat dikemukakan bahwa kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental
positif dalam berusaha secara koperatif
Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap pengembangan koperasi
Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap pengembangan koperasi
2.2 Analisis dan Pembahasan
2.2.1 Salah Satu Koperasi Di Indonesia Yang Sukses dan Kunci
Keberhasilan Kesuksesannya
a.
Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) Bogor
Koperasi Sejahtera Bersama (KSB)
Bogor
yang mendirikan SB Mart, Furnimart dan Mer Furniture. Hal ini dapat kita lihat
pada jaringan minimarket SB Mart bertebaran di Jawa Barat. Total hingga saat
ini ada 45 gerai yang tersebar di Bandung, Bogor, hingga kawasan Puncak. Ada
juga toko mebel Mer Furniture dan Furnimart yang punya sembilan toko di Depok,
Kuningan, dan Bandung. Omzet usaha ini juga cukup besar. Dalam sehari, satu
gerai SB Mart bisa menghasilkan Rp 8 juta. Sebulan, keseluruhan minimarket
tersebut menghasilkan Rp 9,6 miliar. Begitu juga dengan sembilan toko mebel
yang omzetnya bisa mencapai Rp 1,3 miliar per bulan. Sehingga dengan demikian
atas keberhasilan koperasi ini maka kesejahteraan anggota bertambah dan
masyarakat umum pun merasakan manfaat positif dari pelayanannya tersebut.
Keberhasilan
bisnis KSB Bogor tidak bisa dilepaskan dari sosok Dasep Surahman, salah satu
pendiri. Koperasi Sejahtera Bersama
(KSB) sekaligus perintis SB Mart dan Furnimart. Di tangan pria kelahiran
Sukabumi, 6 Desember 1972 ini bisnis KSB semakin menggurita.
Darah pengusaha memang mengalir pada bapak dua orang putri ini. Meski lahir sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Pak Mamad Akhmad, seorang pengusaha restoran di Sukabumi, dan Bu Atikah, Dasep tidak lantas mengandalkan kekayaan orangtua.Saya sudah berusaha sejak muda, ujarnya. Setelah lulus dari jurusan teknik industri di Universitas Islam Bandung (Unisba) pada 1996, ia memutuskan menikah dan tidak bekerja kantoran. Ia tidak ingin pulang ke Sukabumi, tapi ingin tinggal di Bandung. Berbekal uang pinjaman dari orangtua sebesar Rp 10 juta, pada 1997, Dasep merintis bisnis rajutan dan pakaian bersama istrinya, Reny Hermawati, di Kota Kembang. Ia menggunakan uang itu untuk membeli satu unit mesin jahit seharga Rp 3 juta, dan sisanya untuk belanja bahan baku kain.
Bisnis pertama ini terbilang lancar. Dalam tempo tiga tahun, pelanggan sudah banyak. Tahun 2000, Dasep bisa membeli hingga 40 unit mesin rajutan. Karyawannya terus bertambah hingga mencapai 60 orang. Sayangnya, pada tahun 2001, Dasep salah memenuhi pesanan pakaian dari pelanggan. Sudah bisa ditebak, pelanggannya menolak pengiriman barang. Alhasil, ribuan pakaian menumpuk di gudang dan ia menanggung kerugian puluhan juta rupiah.
Darah pengusaha memang mengalir pada bapak dua orang putri ini. Meski lahir sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Pak Mamad Akhmad, seorang pengusaha restoran di Sukabumi, dan Bu Atikah, Dasep tidak lantas mengandalkan kekayaan orangtua.Saya sudah berusaha sejak muda, ujarnya. Setelah lulus dari jurusan teknik industri di Universitas Islam Bandung (Unisba) pada 1996, ia memutuskan menikah dan tidak bekerja kantoran. Ia tidak ingin pulang ke Sukabumi, tapi ingin tinggal di Bandung. Berbekal uang pinjaman dari orangtua sebesar Rp 10 juta, pada 1997, Dasep merintis bisnis rajutan dan pakaian bersama istrinya, Reny Hermawati, di Kota Kembang. Ia menggunakan uang itu untuk membeli satu unit mesin jahit seharga Rp 3 juta, dan sisanya untuk belanja bahan baku kain.
Bisnis pertama ini terbilang lancar. Dalam tempo tiga tahun, pelanggan sudah banyak. Tahun 2000, Dasep bisa membeli hingga 40 unit mesin rajutan. Karyawannya terus bertambah hingga mencapai 60 orang. Sayangnya, pada tahun 2001, Dasep salah memenuhi pesanan pakaian dari pelanggan. Sudah bisa ditebak, pelanggannya menolak pengiriman barang. Alhasil, ribuan pakaian menumpuk di gudang dan ia menanggung kerugian puluhan juta rupiah.
Tak cuma itu, berhubung modal usaha banyak didapat dari pinjaman, Dasep harus memenuhi kewajiban. Saat itu merupakan masa habis-habisan. Untuk menanggung semua kerugian, ia harus melepas semua harta benda yang telah dikumpulkan selama beberapa tahun. Ia terpaksa menjual rumah dan mobil semua untuk membayar bayar utang. Saat simpanannya terkuras habis, Dasep masih harus menanggung istri dan dua anak berusia di bawah lima tahun. Ia bahkan pernah hanya memiliki uang Rp 3.000. Terdesak keadaan, ia memilih pulang ke rumah orangtuanya di Sukabumi. Namun, bersama orangtuanya, Dasep hanya bertahan sebulan. Prinsip ingin mandiri dan lepas dari bantuan orangtua mendorongnya bekerja lagi di Bandung.
Pada
tahun 2002, ia menjadi agen sebuah perusahaan asuransi. Pekerjaan ini hanya
dijalani selama beberapa bulan lantaran tidak betah. Jiwa usahanya kembali
muncul. Dasep berbisnis segala macam, mulai dari jual beli mobil sampai barang
kebutuhan umum. Meski memiliki anak buah, ia tidak malu terjun ke lapangan. Bagi
saya, yang penting bisa menghasilkan makan dari usaha,
tandas dia. Rupanya, semangat pantang menyerah itu membuahkan hasil. Tahun
2004, mantan mentornya di asuransi, Iwan Setiawan, mengajak mendirikan sebuah
koperasi. Bak gayung bersambut, Dasep menerima tawaran itu. Ia merasa tidak ada
motivasi khusus selain butuh pekerjaan tetap.
Di
usaha bernama Koperasi Sejahtera Bersama (KSB), Iwan menduduki posisi sebagai
ketua, dan Dasep sebagai sekretaris. Di awal pendirian koperasi, ia ikut terjun
ke lapangan mencari anggota. Tahun 2005, setelah anggotanya banyak, ia
membesarkan unit usaha ritel dan perdagangan KSB. Tidak mau mengulang kegagalan
di bisnis rajutan, Dasep merancang serius bisnis ritel. Melihat potensi besar
bisnis minimarket, tahun 2005, ia bermitra dengan PT Indomarco Prismatama
mendirikan 30 Indomaret. Pada tahun 2007, ia juga mendirikan jaringan
minimarket mebel bernama Furnimart dan Mer Furniture. Lambat laun, usaha ini
sukses dan berhasil memikat warga di Bandung, Kuningan, dan Depok.
Namun,
Dasep belum puas. Melihat pertumbuhan minimarket yang semakin besar, tahun
2010, Dasep mendorong KSB harus memiliki minimarket sendiri bernama SB Mart.
Agar tidak kalah dari pesaingnya, SB Mart menerapkan harga khusus bagi anggota
koperasi.
b.
Kunci Keberhasilan Koperasi Sejahtera
Bersama
a.
Capacity for hard work (Kemauan bekerja keras)
Sikap kerja keras yang merupakan
modal dasar untuk keberhasilan seseorang dan dalam pelaksanaannya terdapat satu
unsur yang sangat penting serta mendukung sikap ini yaitu disiplin dalam
menggunakan waktu.
b.
Getting Things Done With And Through People (Bekerjasama
dengan orang lain)
Berprilaku menyenangkan bagi semua
orang dan juga memiliki banyak teman baik kalangan atas ataupun kalangan bawah
serta menghindarkan permusuhan merupakan kiat menjalin kerjasama dengan orang
lain sehingga akan memudahkan dalam mencapai keberhasilan.
c.
Good Appearance (Penampilan yang baik)
Penampilan ini bukan berarti
penampilan body face /muka yang elok atau paras yang cantik, akan tetapi lebih
ditekankan pada penampilan perilaku yang baik, jujur pada siapapun.
d.
Self Confidence (Yakin)
Self confidence ini
diimplementasikan dalam tindakan sehari-hari dengan melangkah pasti, tekun,
sabar, tidak ragu-ragu, memiliki keyakinan diri bahwa kesuksesan pasti akan
diraih.
e.
Making Sound Decision (Pandai membuat keputusan)
Sikap memiliki pertimbangan yang
matang dalam memilih alternatif pilihan dengan mengumpulkan terlebih dahulu
berbagai informasi yang akurat merupakan langkah yang terbaik dalam membuat
suatu keputusan dengan tidak ragu-ragu.
f.
College Education (Mau menambah ilmu pengetahuan)
Rajin mengembangkan wawasan dengan
melakukan penambahan ilmu pengetahuan dengan cara mengikuti pendidikan tambahan
yang berupa pelatihan, kursus, penataran, membaca buku dan lain sebagainya.
g.
Ambition Drive (Ambisi untuk maju)
Sikap memiliki semangat tinggi, mau
berjuang untuk maju, gigih dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan dan mampu
melihat ke depan dan berjuang untuk menggapai apa yang dicita-citakan.
h.
Ability to Communicate (Pandai berkomunikasi)
Keterampilan berkomunikasi dengan
cara pandai mengorganisasi buah pikiran kedalam bentuk ucapan-ucapan yang
jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar dan mampu menarik perhatian
orang lain, serta harus diikuti oleh perilaku jujur dan konsisten.
2.2.2 TINGKAT PENGANGGURAN
Pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomiankarena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
A. Statistik Pengangguran
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan
yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh
lebih banyak orang.
Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk
menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak
memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk
menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan
kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak
positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja.
B.
Jenis Pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam
kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
·
Pengangguran terselubung (disguised
unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
·
Pengangguran setengah menganggur
(under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
·
Pengangguran terbuka (open
unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9 macam:
·
Pengangguran friksional (frictional
unemployment) adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang
lebih baik.
·
Pengangguran struktural (Structural
unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang
mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan
pembuka lapangan kerja.
·
Pengangguran teknologi (Technology
unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian
teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa
menggunakan teknologi yang diterapkan.
·
Pengangguran kiknikal adalah
pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan perusahaan
tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya
perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat
menurun.
·
Pengangguran musiman adalah
pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian musim.
Umumnya pada bidang pertanian dan perikanan. Contohnya adalah para petani dan nelayan.
·
Pengangguran setengah menganggur
adalah pengangguran di saat pekerja yang hanya bekerja di bawah jam normal
(sekitar 7-8 jam per hari).
·
Pengangguran keahlian adalah
pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai
dengan bidang keahlian. Pengangguran jenis ini disebut juga pengangguran tidak
kentara dikarenakan mempunyai aktivitas berdasarkan keahliannya tetapi tidak
menerima uang. Contohnya adalah anak sekolah (siswa) atau mahasiswa. Mereka
adalah ahli pencari ilmu, tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan justru
harus mengeluarkan uang atau biaya, misalnya harus membeli paket buku LKS atau
membayar biaya kursus yang diselenggarakan oleh sekolahnya sendiri. Contoh
lainnya adalah (misalnya) seorang pelatih pencak
silat yang tidak meminta gaji
dari organisasinya. Pengangguran tidak kentara ini, juga bisa disebut sebagai
pengangguran terselubung.
·
Pengangguran total adalah
pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya
lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja.
·
Pengangguran unik adalah pekerja
yang menerima gaji secara rutin tanpa pemotongan, tetapi di tempat kerjanya
hanya sering diisi dengan bercerita sesama pekerja karena minimnya pekerjaan
yang harus dikerjakan. Hal ini disebabkan karena tempat kerjanya kelebihan
tenaga kerja. Pengecualian untuk pegawai atau petugas pemadam kebakaran atau penanggulangan bencana alam. Pegawai atau petugas seperti
demikian tenaganya harus disimpan dan dipersiapkan secara khusus jika ada
pelatihan atau simulasi atau harus diterjunkan pada situasi sebenarnya.
C. Penyebab Pengangguran
·
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
·
Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
·
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efekpsikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.
D.
Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian negara
4.
Dapat menambah hutang negara.
Bagi masyarakat
E. Cara Mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
Cara mengatasi pengangguran
struktural
Untuk mengatasi
pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
·
Peningkatan mobilitas modal dan
tenaga kerja.
·
Segera memindahkan kelebihan
tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi
yang kekurangan.
·
Mengadakan pelatihan tenaga kerja
untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
·
Segera mendirikan industri padat
karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara mengatasi pengangguran
friksional
Untuk mengatasi
pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·
Perluasan kesempatan kerja dengan
cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
·
Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi
baru.
·
Menggalakkan pengembangan sektor
informal, seperti home industry.
·
Menggalakkan program transmigrasi
untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
·
Pembukaan proyek-proyek umum oleh
pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun
untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara mengatasi pengangguran
musiman
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:
·
Pemberian informasi yang cepat
jika ada lowongan kerja di sektor lain.
·
Melakukan pelatihan di bidang
keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara mengatasi pengangguran
siklis
Untuk mengatasi
pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
·
Mengarahkan permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa.
·
Meningkatkan daya beli
masyarakat.
DATA-DATA TINGKAT
PENGANGGURAN TAHUN 1990-2013 DI INDONESIA
Grafik
Tingkat Pengangguran Tahun 1990-2013
Diagram
Tingkat Pengangguran Tahun 1990-2013
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koperasi
Untuk mendirikan suatau koperasi perlu kemauan bekerja
keras dan sikap yang disiplin dalam menggunakan waktu, mampu bekerja sama
dengan orang lain serta menghindarkan permusuhan dalam menjalin kerjasama
karena itu dapat menghambat proses kerjasama ,mempunyai ambisi untuk
maju,memiliki semangat yang tinggi ,gigih dalam menghadapi pekerjaan dan
tantangan dan harus pandai berkomunikasi ,menggunakan tutur kata yang baik
mampu menarik perhatian orang lain serta harus diikuti oleh perilaku jujur dan
konsisten. Kemudian demi kemajuan suatau koperasi,setiap anggota harus bisa
menjalin dan terus mempererat sikap kerjasama dan menunjang tinggi kebersamaan
dan kesejahteraan anggotanya ,karena dengan kerjasama dan kerja yang gigih akan
membawa keberhasilan dan kesuksesan dari suatu koperasi baik dimasa sekarang
maupun dimasa yang akan datang ,bahkan manfaatnya pun juga dirasakan oleh
lingkungan sekitar koperasi tersebut.
Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan karena tingkat pengangguran dapat di hitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dengan persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang memyebabkan menurunnya tingkat kemakmurann dan
kesejahteraan . Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan pekerjaan atau
keengganan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Peningkatan pengangguran juga
diakibatkan oleh faktor-faktor lain seperti minimnya tingkat pendidikan
,stabilisasi konomi ,serta tingkat persaingan yang kuat.
3.2 Saran
Dalam mengatasi pengangguran pemerintah harus
meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja,segera mendirikan industri padat karya
diwilayah yang mengalami pengangguran,menggalakan program transmigrasi yang
menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya,melakukan
pelatihan dibidang keterampilan dan memperluas lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
1