Kamis, 08 Oktober 2015

ANALISIS ARTIKEL EKONOMI

Pengusaha Butuh Efek Paket Kebijakan Ekonomi Jangka Pendek

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan segera mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid III. Sejumlah harapan ada dalam paket kebijakan ekonomi itu terkait suku bunga acuan (BI Rate) dan harga bahan bakar minyak (BBM).Peneliti Senior CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, ada dua kebijakan yang sangat ditunggu pelaku usaha dalam paket kebijakan ekonomi jilid III, yakni penurunan harga BBM dan BI Rate karena dinilai paling ampuh sebagai obat bagi dunia usaha dalam jangka pendek.

Kita punya peluang menurunkan harga BBM, karena harga minyak dunia sedang turun. Di banyak negara sudah menurunkan harga BBM untuk menolong industri di saat perlambatan ekonomi. Sementara di Indonesia belum, padahal ini kebijakan yang paling konkret. Faisal menuturkan, dampak pemangkasan harga BBM akan cepat terasa bagi industri dan masyarakat agar daya beli kembali meningkat. Dia menjelaskan, kondisi deflasi September 2015 dinilai anomali atau ketidaknormalan karena ada momen Idul Adha yang biasanya mencatatkan inflasi.

Deflasi kemarin anomali, karena saat ada momen Idul Adha biasanya terjadi inflasi. Itu artinya daya beli masyarakat sudah pada level rendah. Di padat karya misalnya masih bisa produksi, tapi susah menjual karena harga tidak cocok sedangkan permintaan ada. Jadi daya beli akan terbantu jika harga BBM turun. Kebijakan kedua, sambung dia, dari sisi moneter. Faisal mengatakan, masih mempertahankan level BI Rate sebesar 7,5 persen selama setahun lebih meski realisasi inflasi relatif rendah. Apalagi deflasi bulan lalu, lanjutnya, memberi angin segar atau peluang bagi BI memangkas suku bunga acuan.

Kalau suku bunga BI Rate turun, dampaknya sangat besar ke penyaluran kredit usaha rakyat. Tapi kalau tetap, akan ada gap atau jarang antara inflasi dan BI Rate sampai 5 persen. Inflasi saja di akhir tahun diprediksi 3,68 persen saja. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Anton J Supit sepakat dengan usulan Faisal. Anton mengaku, BI Rate harus segera turun karena sudah tidak ada lagi kekhawatiran inflasi.

BI independen jadi susah diatur. Memang untuk menurunkan suku bunga atau mengatur ekonomi harus punya nyali dan keberanian. Sedangkan untuk usulan penurunan harga BBM, Anton justru berharap harga BBM normal. Masyarakat dan pengusaha nasional, dinilainya harus terbiasa hidup seperti itu. Seperti krisis saja, jangan dianggap aneh. Kita hidup harus sudah memperhitungkan krisis. Tapi Pertamina juga harus betul-betul profesional. Jangan mentang-mentang monopoli, bisa seenaknya. (Fik/Ahm)

Analisis dari paragraf diatas 

Paragraf 1
Pemerintah akan segera mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid III. Sejumlah harapan ada dalam paket kebijakan ekonomi itu terkait suku bunga acuan (BI Rate) dan harga bahan bakar minyak (BBM).Peneliti Senior CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, ada dua kebijakan yang sangat ditunggu pelaku usaha dalam paket kebijakan ekonomi jilid III, yakni penurunan harga BBM dan BI Rate karena dinilai paling ampuh sebagai obat bagi dunia usaha dalam jangka pendek.

Kalimat ini termasuk kedalam kalimat Deduktif, Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat umum yang berada di awal paragraf.

Silogisme kategorial:
  • PK       : penurunan harga BBM dan BI Rate karena dinilai paling ampuh sebagai obat bagi dunia usaha dalam jangka pendek

Paragraf 2
Kita punya peluang menurunkan harga BBM, karena harga minyak dunia sedang turun. Di banyak negara sudah menurunkan harga BBM untuk menolong industri di saat perlambatan ekonomi. Sementara di Indonesia belum, padahal ini kebijakan yang paling konkret. Faisal menuturkan, dampak pemangkasan harga BBM akan cepat terasa bagi industri dan masyarakat agar daya beli kembali meningkat. Dia menjelaskan, kondisi deflasi September 2015 dinilai anomali atau ketidaknormalan karena ada momen Idul Adha yang biasanya mencatatkan inflasi.

Kalimat ini termasuk kedalam kalimat Deduktif, Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat umum yang berada di awal paragraf.

  • PU       : peluang menurunkan harga BBM untuk menolong industri di saat perlambatan ekonomi.
  • PK       : dampak pemangkasan harga BBM akan cepat terasa bagi industri dan masyarakat agar daya beli kembali meningkat
  • K          : pada saat perlambatan ekonomi dampak pemangkasan harga BBM akan cepat terasa bagi industri
  • Entimen : peluang menurunkan harga BBM daya beli masyarakat kembali meningkat

Paragraf 3
Deflasi kemarin anomali, karena saat ada momen Idul Adha biasanya terjadi inflasi. Itu artinya daya beli masyarakat sudah pada level rendah. Di padat karya misalnya masih bisa produksi, tapi susah menjual karena harga tidak cocok sedangkan permintaan ada. Jadi daya beli akan terbantu jika harga BBM turun. Kebijakan kedua, sambung dia, dari sisi moneter. Faisal mengatakan, masih mempertahankan level BI Rate sebesar 7,5 persen selama setahun lebih meski realisasi inflasi relatif rendah. Apalagi deflasi bulan lalu, lanjutnya, memberi angin segar atau peluang bagi BI memangkas suku bunga acuan.

Kalimat ini termasuk kedalam kalimat Induktif, Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat umum yang berada di akhir paragraf.

  • Deflasi kemarin anomali, karena saat ada momen Idul Adha biasanya terjadi inflasi
  • daya beli masyarakat sudah pada level rendah
  • Di padat karya misalnya masih bisa produksi, tapi susah menjual karena harga tidak cocok sedangkan permintaan ada
  • dari sisi moneter. Faisal mengatakan, masih mempertahankan level BI Rate sebesar 7,5 persen selama setahun lebih meski realisasi inflasi relatif rendah
Generalisasi : karena Deflasi, daya beli masyarakat sudah berada pada level rendah disebabkan harga yang tidak cocok sedangkan permintaan ada dan masih mempertahankan level BI Rate sebesar 7,5 persen

Paragraf 4
Kalau suku bunga BI Rate turun, dampaknya sangat besar ke penyaluran kredit usaha rakyat. Tapi kalau tetap, akan ada gap atau jarang antara inflasi dan BI Rate sampai 5 persen. Inflasi saja di akhir tahun diprediksi 3,68 persen saja. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Anton J Supit sepakat dengan usulan Faisal. Anton mengaku, BI Rate harus segera turun karena sudah tidak ada lagi kekhawatiran inflasi.

Kalimat ini termasuk kedalam kalimat Deduktif, Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat umum yang berada di awal paragraf.

Silogisme kategorial:
  • PU       : suku bunga BI Rate turun, dampaknya sangat besar ke penyaluran kredit usaha rakyat
  • PK       : Inflasi saja di akhir tahun diprediksi 3,68 persen saja BI Rate harus segera turun karena sudah tidak ada lagi kekhawatiran inflasi.
  • K          : dampak sangat besar apabila suku bunga BI Rate turun
  • Entimen :  Inflasi di akhir tahun diprediksi 3,68 persen sangat berpengaruh pada penyaluran kredit usaha rakyat
Paragraf 5
BI independen jadi susah diatur. Memang untuk menurunkan suku bunga atau mengatur ekonomi harus punya nyali dan keberanian. Sedangkan untuk usulan penurunan harga BBM, Anton justru berharap harga BBM normal. Masyarakat dan pengusaha nasional, dinilainya harus terbiasa hidup seperti itu. Seperti krisis saja, jangan dianggap aneh. Kita hidup harus sudah memperhitungkan krisis. Tapi Pertamina juga harus betul-betul profesional. Jangan mentang-mentang monopoli, bisa seenaknya

Kalimat ini termasuk kedalam kalimat Deduktif, Hal ini dapat dibuktikan dengan kalimat umum yang berada di awal paragraf.

Silogisme kategorial:
  • PU       :  BI Independen jadi susah diatur dalam menurunkan suku bunga atau mengatur ekonomi harus punya nyali dan keberanian
  • PK       : berharap harga BBM normal masyarakat dan pengusaha   nasional, dinilainya harus terbiasa hidup dengan memperhitungkan krisis
  • K          : karena BI Independen jadi susah diatur masyarakat dan pengusaha berharap harga BBM normal
  • Entimen : dalam menurunkan suku bunga atau mengatur ekonomi harus punya nyali dan keberanian sehingga masyarakat dan pengusaha harus terbiasa hidup dengan memperhitungkan krisis
Sumber :
Liptan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar